Belajar untuk berbagi

Suatu siang seorang pengemis berhenti di depan pagar. Nada (6 tahun) anak pertama saya yang melihat itu langsung beranjak masuk rumah dan segera keluar lagi sambil membawa segenggam uang recehan, mengulurkan tangannya ke pengemis tersebut sambil tersenyum dan berkata “Ini ya Pak..!”  dan kemudian kembali menghampiri saya yang asyik bermain di teras bersama adiknya Ata (3 tahun). Sudah menjadi kebiasaan sejak Nada kecil, saya sengaja menyiapkan tempat uang receh di meja kecil dekat lemari es yang bisa dijangkau Nada agar bisa mengambil sendiri untuk diberikan ke orang yang membutuhkan.

“Siapa orang itu Yah? Dikasih apa sama mbak Nada tadi Yah?” Tanya Ata yang baru pertama kali mengetahui kejadian itu.
“Itu tadi orang yang meminta-minta, kalau kesini kita harus memberi uang supaya orang itu bisa beli makanan, kalau tidak bisa beli makanan terus tidak makan nanti perutnya sakit, kan kasihan… iya kan?” terang saya.
“Mmm ya ya… kalau ada lagi yang kesini biar Ata yang ngasihkan uangnya ya Yah”
Saya pun tersenyum sambil mengelus rambutnya, senang rasanya bisa memberi pelajaran tentang berbagi dan memberi ke orang lain.

Beberapa hari kemudian ketika ada pengemis lagi, seperti biasa Nada segera berlari mengambil uang. Dan Ata pun tidak mau ketinggalan berlari ingin mendahului kakaknya karena ingin dia yang memberikan uang kepada pengemis tersebut. Tetapi karena kalah cepat dengan kakaknya Ata pun menangis sebab sesampai di teras si pengemis sudah langsung pergi setelah menerima uang pemberian dari Nada.

Keesokan harinya ada pengamen yang menyanyi di depan rumah. “Siapa orang itu Yah? Kok menyanyi disitu?” Tanya Ata.
“Itu orang ngamen Dik” sahut Nada “Nanti kalau sudah selesai menyanyi dikasih uang, ya Yah?” Nada mencoba memberi penjelasan kepada Ata karena dia sudah tahu.
“Iya benar, coba sekarang Ata ambil uang ya terus kasihkan ke orang itu” perintah saya.

Ata segera beranjak mengambil uang tapi Nada juga tidak mau kalah dan langsung lari menyusul. Ata yang keluar menggenggam uang langsung saja memberikan ke pengamen tersebut tanpa menunggu lagunya selesai dan pengamen tersebut langsung berlalu. Kali ini ganti Nada yang menangis dan protes karena tidak bisa memberi uang kepada pengamen itu.
Akhirnya saya memberi pengertian kepada sang kakak supaya bisa bergantian dengan adiknya agar bisa sama-sama berbagi. Sesaat sepertinya Nada bisa mengerti tapi setelah beberapa hari berlalu dan ada pengemis atau pengamen yang datang, selalu saja salah satu dari mereka pasti menangis karena kalah berebut saling mendahului memberikan uang receh.

Sebenarnya bukan salah si pengemis atau si pengamen bila setelah menerima uang langsung tergesa-gesa pergi. Tapi karena tidak tega dua buah hati saya menangis disebabkan tidak bisa berbuat kebaikan dengan berbagi ke sesama maka saya jadi punya ide.
Besoknya saya pasang papan pengumuman di pagar depan bertuliskan “DILARANG MENGEMIS ATAU MENGAMEN DISINI KECUALI MAU MENUNGGU &  MENERIMA UANG DARI KEDUA ANAK KAMI”

Alhasil mulai saat itu (2014) dua buah hati saya Nada dan Ata tidak ada yang menangis tapi selalu ceria dan gembira saat bisa bersama-sama berbagi berbuat kebaikan kepada orang lain.
Dari pengalaman diatas ayah dan bunda bisa mengambil pelajaran dan hikmahnya untuk mulai mengajarkan sejak dini kepada si buah hati tentang berbagi, baik itu kepada saudara ataupun kepada orang lain yang membutuhkan.

0 Response to "Belajar untuk berbagi"

Post a Comment